Peradaban Islam dalam perspektif Muhammad Natsir
"Islam is much more than system of theology, it is a complete civilisation"
(H.A.R Gibb, Whither Islam)
Dalam essay panjangnya Muhammad natsir, Intelektual Muslim diawal abad ke-20 mengawali tulisannya dengan mengutip Prof. H.A.R gibb seorang orieantlis Islam dan penulis buku Whither Islam "Islam is much more than system of theology, it is a complete civilisation", pendapat yang tentunya bukan keluar dari seorang fanatik namun keluar profesor terkemuka yang telah lama meneliti islam dan tinjauan sejarahnya.
Islam dalam pandangan Natsir dari awal perkembangannya dari nabi Adam hingga mencapai puncaknya di era nabi Muhammad merupakan agama yang membebaskan manusia dari belenggu kebodohan, feodalisme, kesukuan dan menempatkan manusia sebagaimana manusia sesungguhya, manusia yang merdeka. Pada perkembangannya, di jazirah Arab ketika masyarakat pada saat itu terbagi menjadi berbagai kabilah / kelompok yang terpecah belah dengan hak dan kewajiban yang berbeda, maka islam menawarkan persatuan dalam kerja sama dan persamaan hak bagi setiap orang.
Di abad pertengahan, peradaban islam merupakan mercusuar peradaban, cahaya bagi ilmu pengetahuan, ketika peradaban di bumi lain masih percaya terhadap mistikisme dan takhayul maka sarjana - sarjana islam mengembangkan filsafat dasar pengetahuan. Ketika orang -orang eropa menganggap benda - benda langit sebagai pertanda nasib baik dan buruk maka kaum terpelajar islam sedang meneliti dan mempelajari ilmu astronomi.
Di abad itu pula di masa pemerintahan khalifah Al mansyur, Khalifah kedua dari dinasti Abbasiyah ia memanggil setiap ahli dari berbagai macam tempat, tidak perduli ras maupun agamanya untuk dijadikan peneliti di kerajaan dengan bayaran, perlakuan dan penghargaan yang tinggi, ada nama-nama seperti maubatch, ahli astronomi beragama majusi, georgy bachtisju, seorang dokter nasrani, kesemuanya menjadi garda terdepan dari peneliti-peneliti yang dimiliki oleh kerajaan.
Selain dibidang science, peradaban dan kebudayaan islam juga berkembang di bidang filsafat, karya - karya filosof klasik Yunani dan Romawi seperti, Aristoteles, plato, Euclydes, Plotemeus diterjemahkan dan didiskusikan untuk direkontruksi dan dikembangkan. Dizaman ini akal ditempatkan sebagaimana mestinya, dizaman ketika eropa menghukum mati Copernicus dan Galileo karena rasionalitas mereka dalam berfikir. Di masa ketika agama lain melarang pengikutnya untuk membaca dan mempelajari kitab ataupun karya dari agama berbeda, maka islam pada abad keemasan ini memerintahkan untuk menerjemahkan setiap kitab suci dari agama manapun dan karya intelektual dari siapaun pun untuk menjadi bahan diskusi dan perbincangan oleh semua ahli akal.
Dari peradaban gilang gemilang itu kita masih mengenal nama - nama yang karyanya masih juga dipelajari di universitas - universitas eropa pada zaman ini, seperti Al Kindi, Ibnu Kholdun, Ibnu Sina, Al Khawarizmi, Ibnu batutah, dan IBnu Rusyd, serta berbagai nama lainnya. nama - nama yang mengilhami Ressainse di eropa.
Muhammad Natsir merumuskan mengapa islam pernah mengalami masa yang begitu beradab dan berbudaya, dan kenapa pula islam pada masa ini belum mampu merangkak bangkit untuk mencahayai peradaban dunia lagi
Pertama, Agama Islam menghormati dan menjunjung tinggi akal manusia dan mendudukkan akal itu pada tempat yang terhormat serta memerintahkan kepada setiap manusia untuk mempergunakan akal itu untuk meneliti keadaan alam semesta. Kedua, Islam mewajibkan pemeluknya, baik laki - laki maupun perempuan,untuk menuntut ilmu.Hadist nabi: "Tuntutlah ilmu dari awal kehidupan hingga berakhirnya kehidupan". ketiga, Islam melarang bertaklid-buta, menerima sesuatu sebelum diperiksa dan diteliti, walaupun datangnya dari kalangan sebangsa dan seagama. Keempat, Agama Islam menyuruh memeriksa/meneliti dan menerima kebenaran, walaupun datangnya dari kaum yang berlainan bangsa dan kepercayaan(agama). Kelima, Agama Islam menggemarkan dan mengerahkan pemeluknya pergi meninggalkan kampung halaman berkunjung kenegeri lain, menjalin silaturrahim dengan bangsa dan golongan lain, saling bertukar rasa dan pemandangan. "Wajib atas tiap-tiap Muslim yang mampu, untuk pergi sekurangnya sekali seumur hidupnya mengerjakan haji". Karena Pada saat itu terdapatlah pertemuan yang akrab antara segenap bangsa dan golongan diatas dunia ini. Keadaan yang menimbulkan perhubungan persaudaraan dan perhubungan kebudayaan (akulturasi) yang sangat penting artinya untuk kemajuan tiap-tiap bangsa.
0 komentar:
Posting Komentar