Ketiadaan Tuhan (dihati)
Akhir-akhir ini entah mengapa saya lebih menyukai sebuah kajian yang bersifat sosial ketimbang menulis tentang science dan rekayasa teknologi, mungkin dikarenakan kurang dihargainya orang - orang yang mendikasikan dirinya untuk perkembangan ilmu pengethuan dan teknologi atau karena alasan lainnya. saya tidak tahu...
Diskusi jalanan belakangan ini menjadi suatu kebiasaan saya dan teman-teman, baik dilakukan sambil makan, nongkrong, begadang dan berbagai aktifitas pergaulan lainnya, dari membicarakan masa depan, bisnis, perkembangan teknologi, sampai dengan membiacarakan berita-berita yang sedang menjadi headline di berbagai media masa.
Entah kenapa kebiasaan ini saya rasa suatu perubahan positif "artinya seperti yang pernah saya kutipkan bahwa ciri bangsa yang besar adalah yang masyarakatnya gemar menulis dan membaca" atau pun berdiskusi.
Dalam suatu dialog yang pernah kami bahas secara natural tentunya bukan dialog dengan jawaban-jabawan "normatif" (kosakata yang baru bahkan saya tidak tahu persis makna kata itu) ala politisi negeri ini. yang pada akhirnya sampai pada suatu pembahasan mengenai kisah Einstein kecil yang mendialogkan tentang Tuhan dengan gurunya.
mungkin kita semua telah pernah membaca kisah tersebut, saya begitu tertarik dengan logika berfikir ala Einstein tersebut. berikut jawaban-jawan beliau:
" Apakah dingin itu ada? sesungguhnya dingin itu tidak ada, dingin hanyalah suatu kondisi dimana tidak ada kalor (panas) yang mengalir"
"apakah gelap itu ada? sesungghunya gelap hanyalah suatu keadaan dimana tidak terdapatnya cahaya"
"Apakah kejahatan itu ada? sesungguhnya kejahatan itu tidak ada, kejahatan hanyalah suatu kondisi dimana tidak adanya Tuhan di hati kita"
Kejahatan adalah kondisi ketiadaan Tuhan dihati kita, kalau dikaitkan dengan kondisi sekarang acap kali kita temukan bentuk-bentuk kekerasan (kalau terlalu kasar meyebutnya sebagai suatu kejahatan) dengan berbagai dalih. Mungkin kita harus ber-instrospeksi sejenak, apakah memang kita telah menghadirkan Tuhan di hati kita?, disetiap perbuatan dan tingkah laku kita?, aktifitas kita?
hanya kita dan Tuhanlah yang mengetahuinya???
allahualam bishowab,
Diskusi jalanan belakangan ini menjadi suatu kebiasaan saya dan teman-teman, baik dilakukan sambil makan, nongkrong, begadang dan berbagai aktifitas pergaulan lainnya, dari membicarakan masa depan, bisnis, perkembangan teknologi, sampai dengan membiacarakan berita-berita yang sedang menjadi headline di berbagai media masa.
Entah kenapa kebiasaan ini saya rasa suatu perubahan positif "artinya seperti yang pernah saya kutipkan bahwa ciri bangsa yang besar adalah yang masyarakatnya gemar menulis dan membaca" atau pun berdiskusi.
Dalam suatu dialog yang pernah kami bahas secara natural tentunya bukan dialog dengan jawaban-jabawan "normatif" (kosakata yang baru bahkan saya tidak tahu persis makna kata itu) ala politisi negeri ini. yang pada akhirnya sampai pada suatu pembahasan mengenai kisah Einstein kecil yang mendialogkan tentang Tuhan dengan gurunya.
mungkin kita semua telah pernah membaca kisah tersebut, saya begitu tertarik dengan logika berfikir ala Einstein tersebut. berikut jawaban-jawan beliau:
" Apakah dingin itu ada? sesungguhnya dingin itu tidak ada, dingin hanyalah suatu kondisi dimana tidak ada kalor (panas) yang mengalir"
"apakah gelap itu ada? sesungghunya gelap hanyalah suatu keadaan dimana tidak terdapatnya cahaya"
"Apakah kejahatan itu ada? sesungguhnya kejahatan itu tidak ada, kejahatan hanyalah suatu kondisi dimana tidak adanya Tuhan di hati kita"
Kejahatan adalah kondisi ketiadaan Tuhan dihati kita, kalau dikaitkan dengan kondisi sekarang acap kali kita temukan bentuk-bentuk kekerasan (kalau terlalu kasar meyebutnya sebagai suatu kejahatan) dengan berbagai dalih. Mungkin kita harus ber-instrospeksi sejenak, apakah memang kita telah menghadirkan Tuhan di hati kita?, disetiap perbuatan dan tingkah laku kita?, aktifitas kita?
hanya kita dan Tuhanlah yang mengetahuinya???
allahualam bishowab,
0 komentar:
Posting Komentar