Sondang, Apakah Seorang Revolusioner?
Pramoedya Ananta Toer mengatakan "Seorang terpelajar/intelektual harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan" (Bumi Manusia, Novel pertama dalam Tetralogi Buru). Sperti kata Pram sikap adil sudah semestinya ditunjukkan sejak dalam alam pikiran, maka dalam menanggapi kasus aksi bakar diri Sondang Hutagalung, sikap netral, ilmiah dan kritis juga harus kita kedepankan dan menjauhkan tendensi memuja, menghina apalagi mengambil keuntungan demi kepentingan pribadi dari aksi ini.
Beragam tanggapan yang hadir mengiringi aksi bakar ini, dari kelompok yang meremehkan aksi ini bahkan menuduh dilakukan oleh orang yang telah hilang kesadarannya, ada juga kelompok yang mengatakan bahwa itu sebuah puncak dari protes seorang rakyat atas pemerintahan saat ini karena memang aksi ini dilakukan di depan istana, dan kelompok terakhir adalah kelompok yang tak acuh atas tragedi anak bangsa ini, dan menurut hemat saya sikap terakhir merupakan sikap pragmatis yang sedang menggerogoti nilai humanisme/kemanusian yang ada di negeri ini, dan mungkin ini sikap mayoritas.
Layaknya seorang polisi yang mempelajari seorang pelaku, maka ia akan meneliti atau membaca ulang rekam jejak yang pernah dilakukan oleh orang tersebut, maka hal itu pula lah yang harus kita lakukan, yaitu membbaca rekam jejak dari almarhum Sondang Hutagalung karena memang itulah satu - satunya cara yang dapat dilakukan karena Sondang tidak/belum pernah menceritakan motif apa yang melatar belakangi ia dalam melakukan aksi itu.
Sondang Hutagalung, pemuda kelahiran 22 tahun yang lalu, Mahasiswa yang hampir menyelesaikan pendidikan sarjananya di Universitas Bung Karno dengan IPK sementara diatas 3.5. nilai tersebut menunjukkan bahwa ia memang tidak menmpunyai maslah dibidang study bahkan dapat dikatakan berprestasi, Selain penerima beasiswa selama kuliahnya ia juga aktif di berbagi organisasi kemahasiswaan, itu menunjukkan keluasaan pergaulannya sebagai seorang mahasiswa, ia juga aktif diberbagai kegiatan HAM, ia sering terlihat dalam aksi payung hitam yang dilakukan untuk menuntut kejelasan nasib para aktivis HAM di masa rezim orde baru dan aksi - aksi dalam menuntut akan kejelasan kasus Munir.
Rekam jejak diatas memang tidak dapat dijadikan sebuah ukuran yang objektif untuk menyimpulkan motif apa yang melatar belakangi Sondang dalam melakukan aksi itu, tapi dapat dikatakan berdasarkan aktifitas-aktifitasnya selama beberapa tahun terakhir merupakan bentuk kekesalan seorang yang teramat dalam atas ketidakberesan yang terjadi di negeri ini. Dapat dikatakan itu merupakan bentuk perlawanan atas apa yang ia perjuangkan kebenarannya walaupun tindakan membunuh diri sendiri tidak dibenarkan (dalam berbagai sudut pandang)
Dan kalau kita lihat aksi serupa diberbagai belahan dunia pernah terjadi dengan motif yang hampir sama:
"Wikepedia melansir pada decade 1960an Sami-Sami Budha khususnya Thich Quang Duc, di Vietnam Selatan telah menarik perhatian dunia Barat dengan melakukan aksi bakar diri hingga mati menentang Presiden No Dinh Diem. Peristiwa lain pada masa perang Dingin di Eropa Timur melalui kematian Jan Palach setelah serangan Kesatuan Soviet atas Czechoslovakia serta pengorbana diri Romas Kalanta di lebuh raya Kaunas, Lithunia pada tahun 1972. Pada November 2006, Milachi Ritscher seorang aktivis anti perang amerka Serikat, melakukan bunuh diri terhadap bantahan terhadap perang di Iraq.
Di Jepang bunuh diri dilakukan oleh tentara yang kalah perang atau gagal mempertahankan Negara memilih untuk menamatkan riwayat mereka melakui hara-kiri, atau potong perut dengan samurai.
Pada Desember tahun 2010 Muhammed Bouazizi (26) , melakukan aksi bakar diri di Tunisia. Aksi menyulut gelombang massa dan berhasil menumbangkan penguasa Tunisia, Presiden Zine al-Abidine Ben Ali yang sudah berkuasa 23 tahun. “Itu gerakan rakyat pertama yang menjatuhkan penguasa.”
Kita memang tidak pernah tahu apa niat sebenarnya yang mendasari Sondang melakukan aksi itu, dan kalau memang niat beliau adalah agar pemerintah secepatnya untuk mnyelesaikan berbagai macam permasalahan HAM dan me recovery keadaan negeri ini, maka mungkin benar bahwa Sondang adalah seorang pejuang HAM Revolusioner, seperti kata Goenawan Muhamad: "Munir, Sondang menemanimu"
wallahu'alam
Beragam tanggapan yang hadir mengiringi aksi bakar ini, dari kelompok yang meremehkan aksi ini bahkan menuduh dilakukan oleh orang yang telah hilang kesadarannya, ada juga kelompok yang mengatakan bahwa itu sebuah puncak dari protes seorang rakyat atas pemerintahan saat ini karena memang aksi ini dilakukan di depan istana, dan kelompok terakhir adalah kelompok yang tak acuh atas tragedi anak bangsa ini, dan menurut hemat saya sikap terakhir merupakan sikap pragmatis yang sedang menggerogoti nilai humanisme/kemanusian yang ada di negeri ini, dan mungkin ini sikap mayoritas.
Layaknya seorang polisi yang mempelajari seorang pelaku, maka ia akan meneliti atau membaca ulang rekam jejak yang pernah dilakukan oleh orang tersebut, maka hal itu pula lah yang harus kita lakukan, yaitu membbaca rekam jejak dari almarhum Sondang Hutagalung karena memang itulah satu - satunya cara yang dapat dilakukan karena Sondang tidak/belum pernah menceritakan motif apa yang melatar belakangi ia dalam melakukan aksi itu.
Sondang Hutagalung, pemuda kelahiran 22 tahun yang lalu, Mahasiswa yang hampir menyelesaikan pendidikan sarjananya di Universitas Bung Karno dengan IPK sementara diatas 3.5. nilai tersebut menunjukkan bahwa ia memang tidak menmpunyai maslah dibidang study bahkan dapat dikatakan berprestasi, Selain penerima beasiswa selama kuliahnya ia juga aktif di berbagi organisasi kemahasiswaan, itu menunjukkan keluasaan pergaulannya sebagai seorang mahasiswa, ia juga aktif diberbagai kegiatan HAM, ia sering terlihat dalam aksi payung hitam yang dilakukan untuk menuntut kejelasan nasib para aktivis HAM di masa rezim orde baru dan aksi - aksi dalam menuntut akan kejelasan kasus Munir.
Rekam jejak diatas memang tidak dapat dijadikan sebuah ukuran yang objektif untuk menyimpulkan motif apa yang melatar belakangi Sondang dalam melakukan aksi itu, tapi dapat dikatakan berdasarkan aktifitas-aktifitasnya selama beberapa tahun terakhir merupakan bentuk kekesalan seorang yang teramat dalam atas ketidakberesan yang terjadi di negeri ini. Dapat dikatakan itu merupakan bentuk perlawanan atas apa yang ia perjuangkan kebenarannya walaupun tindakan membunuh diri sendiri tidak dibenarkan (dalam berbagai sudut pandang)
Dan kalau kita lihat aksi serupa diberbagai belahan dunia pernah terjadi dengan motif yang hampir sama:
"Wikepedia melansir pada decade 1960an Sami-Sami Budha khususnya Thich Quang Duc, di Vietnam Selatan telah menarik perhatian dunia Barat dengan melakukan aksi bakar diri hingga mati menentang Presiden No Dinh Diem. Peristiwa lain pada masa perang Dingin di Eropa Timur melalui kematian Jan Palach setelah serangan Kesatuan Soviet atas Czechoslovakia serta pengorbana diri Romas Kalanta di lebuh raya Kaunas, Lithunia pada tahun 1972. Pada November 2006, Milachi Ritscher seorang aktivis anti perang amerka Serikat, melakukan bunuh diri terhadap bantahan terhadap perang di Iraq.
Di Jepang bunuh diri dilakukan oleh tentara yang kalah perang atau gagal mempertahankan Negara memilih untuk menamatkan riwayat mereka melakui hara-kiri, atau potong perut dengan samurai.
Pada Desember tahun 2010 Muhammed Bouazizi (26) , melakukan aksi bakar diri di Tunisia. Aksi menyulut gelombang massa dan berhasil menumbangkan penguasa Tunisia, Presiden Zine al-Abidine Ben Ali yang sudah berkuasa 23 tahun. “Itu gerakan rakyat pertama yang menjatuhkan penguasa.”
Kita memang tidak pernah tahu apa niat sebenarnya yang mendasari Sondang melakukan aksi itu, dan kalau memang niat beliau adalah agar pemerintah secepatnya untuk mnyelesaikan berbagai macam permasalahan HAM dan me recovery keadaan negeri ini, maka mungkin benar bahwa Sondang adalah seorang pejuang HAM Revolusioner, seperti kata Goenawan Muhamad: "Munir, Sondang menemanimu"
wallahu'alam
0 komentar:
Posting Komentar