Tampilkan postingan dengan label PLC. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PLC. Tampilkan semua postingan

Perbedaan DCS dan PLC

Dalam sebuah artikel dikatakan bahwa PLC dan DCS mempunyai fungsi yang sama. Saat ini perbedaan DCS dan PLC telah kabur karena masing-masing telah saling mengambil peran. PLC mengambil sebagian peran DCS dan sebaliknya.

Ini sangat berbeda dengan yang dipahami selama ini bahwa : - DCS (Distributed Control System) sesuai dengan namanya adalah sebuah SISTEM PENGONTROLAN yang bekerja menggunakan beberapa controller dan mengkoordinasikan kerja semua controller tersebut. Masing-masing controller tersebut menangani sebuah plant yang terpisah. Controller yang dimaksud tersebut adalah PLC. - Sedangkan PLC (Programmable Logic Controller) sesuai dengan namanya adalah sebuah CONTROLLER yang dapat diprogram kembali. Jika PLC hanya berdiri sendiri dan tidak digabungkan dengan PLC yang lain, SISTEM pengontrolannya dinamakan DDC.

Jadi, PLC adalah sub sistem dari sebuah sistem besar yang bernama DCS. Yang sejajar dalam hal ini adalah DDC dengan DCS dan FF, serta PLC dengan SLC, Microcontroller, dan sebagainya.

Benarkah demikian?
Perkembangan awal PLC, difungsikan lebih ke logic Control (Discrete Input/Output). Tapi Sekarang, PLC sudah mengakomodasi bukan hanya discrete Input/Output, didalamnya sudah dapat menerima signal dari Thermocouple, RTD, Load Cell, dan sebagainya langsung ke I/O PLC.
Mungkin ini yang menjadi “kabur”, dimana fungsi-fungsi tersebut sebelumnya dipegang oleh DCS, sekarang dengan PLC saja sudah bisa.
PLC pada dasarnya hanya pengontrol logika yang dapat diprogram. Walaupun pada perkembangannya PLC sudah dilengkapi analog signal, kemampuan aritmatiknya sangat terbatas.

Sedangkan DCS, Sistem Pengendali terdistribusi Penekanannya ada di D-nya, Distribusi, yaitu distribusi tiga hal : Distribusi Resiko kegagalan, Distribusi lokasi dan Distribusi Pengendalian dan Man Power.

Secara tradisional, memang benar bahwa DCS lebih lambat responnya dibanding PLC. Karena memang untuk regulatory control tidak perlu respon yang terlalu cepat karena kalau gagal masih ada safety shutdown system. Satu (1) second overall masih cukup untuk hampir semua aplikasi. Berbeda dengan safety application yang sering merupakan ladang PLC.

Sekarang, kelihatannya sudah berbeda karena hardware dari yang secara tradisional DCS vendor makin “seperti PLC”.
Ada yang mengatakan, “PLC itu Install and Forget it”, kalau DCS kebalikannya, karena lebih bersifat kompleks dan perlu monitoring.

Kalau dilihat dari kompleksitas sistemnya, tergantung bagaimana konfigurasi sistem yang
dipasang. Shutdown System Plant dengan menggunakan PLC-based juga bisa sangat kompleks, jauh lebih kompleks dibanding dengan DCS. Kalau tidak, mengapa para ahli sedemikian peduli sampai mengeluarkan IEC-61508, IEC-61511, IEC-62601 dan sebagainya.

PLC terbaru saat ini sudah sanggup untuk mengolah sejumlah besar informasi secara real time karena sudah memiliki RAM antara 2 - 6 MB, memiliki konektivitas dengan Ethernet dan dapat diprogram dalam bentuk teks terstruktur maupun ladder logic.

Pun, umumnya dioperasikan dengan Windows XP, dilengkapi dengan Human Machine Interface, HMI (misalnya Rockwell RSView), yang memungkinkan diadopsinya aplikasi Visual Basic, Hysys dan aplikasi lainnya. Integrity level PLC tidak bisa dipandang secara individual, seharusnya dipadukan dengan final element dan sensor sebagai satu kesatuan Safety Instrumented Function (SIF).
Perbedaan PLC dan dcs sekarang sudah tidak ada lagi, karena perkembangan teknologi yang sudah maju.. dimana PLC sudah banyak yang berperan sebagai DCS, malah lebih dari itu PLC bisa berperan seperti SAP…!
PLC seringkali dipakai untuk safety system (trip system dari suatu equipment). Walaupun di DCS ada fasilitas LOGIC maupun sequence, kebanyakan untuk trip system, sinyal tripnya tetap diumpankan ke PLC, misalnya alarm LL dari level steam drum sinyalnya diumpankan ke PLC untuk men-TRIP-kan Boiler.
Jadi perbedaan PLC ama DCS mungkin terletak pada kecepatan responnya.
Dari studi kasus, di Caltex, DCS sudah lama dan ada penggantian dengan sistem PLC+MMI. Tapi biasanya, kalau di perusahaan migas ada dua sistem DCS dan PLC. PLC untuk Fire/gas and Shutdown System, DCS untuk Continuous Control. Juga banyak aplikasi yang lainnya, seperti spesifik kontrol untuk Compresor/turbin, Vibration Monitoring, Flow Computer System, Optimization,dan lain-lain. Dan semua apikasi itu bisa disambungkan ke DCS. DCS bisa memonitor semua sistem yang ada (PLC+MMI, flow computer, turbin control, optimization software, dan lain-lain). Mungkin sebenarnya bisa aja ditangani oleh satu DCS saja atau PLC+MMI saja. Tetapi di perusahaan Oil and Gas dibuat banyak sistem, salah satu alasannya untuk redundancy, kalau memakai satu sistem saja sekali mati, mati semua plantnya. Tetapi, kalau di industri makanan, mungkin cukup PLC+MMI saja, karena lebih murah daripada membeli DCS yang mahal.
Pendapat lainnnya mengatakan bahwa PLC tidak sama dengan DCS, PLC bukan sub sistem DCS dan DCS bukan PLC yang dibesarkan.

Bila dilihat dari awal terbentuknya kedua perangkat itu, PLC dibuat untuk menggantikan Relay Logic yang berfungsi sebagai shutdown system. DCS dibuat untuk menggantikan Controller (single Loop, multi loop, close loop, open loop, etc), yang mengendalikan jalannya Proses (Proses Control). Proses Controller tentu tidak sama dengan Logic Controller, dan jangan dipisahkan, karena akan berbeda maknanya.

DCS = Distributed Control System Apapun system control yang terdistribusi (Sebagai lawan dari DDC = direct digital control) dikategorikan sebagai DCS. Pada DDC seluruh control dilakukan dalam central processor sehingga apabila dia kegagalan, seluruh control plant akan ikut gagal. DDC, digunakan hampir, kalau tidak bisa disebut keseluruhannya sebagai Regulatory Control. Dan dari awalnya vendor-vendor yang mengusung nama DCS memang menggunakan produknya sebagai regulatory control.

Berkenalan dengan sistem SCADA

Istilah SCADA akan terasa asing di telinga rekan-rekan mahasiswa sekalian, apalagi untuk mahasiswa di luar teknik elektro.
Jangankan mahasiswa di luar elektro, mahasiswa elektro pun belum tentu pernah dengan tentang SCADA, kecuali yang
pernah ke lab spk, karena disana sekarang masih ada spanduk bertuliskan "SCADA Training Center". Jadi otomastis pernah
baca... walau masih belum ngudeng apa itu SCADA... :)
Jika didefinisikan berdasarkan fungsinya, sistem SCADA adalah sistem yang dapat melakukan pengawasan, pengendalian,
dan akuisisi data terhadap sebuah plant. Semua aplikasi yang mendapatkan data-data suatu sistem di lapangan dengan
tujuan untuk pengendalian sistem merupakan sebuah aplikasi SCADA.
Sumber lain mengatakan sistem SCADA adalah suatu sistem yang terdiri dari sejumlah remote terminal unit (RTU) yang
berfungsi untuk mengumpulkan data dari sensor atau aktuator yang kemudian mengirimkannya ke master stasion melalui
sistem komunikasi. Master stasion berfungsi menampilkan data yang diperoleh dan juga memungkinkan operator untuk
melakukan pengendalian jarak jauh.
Berdasarkan definisi yang kedua, sistem SCADA mempunyai empat buah tingkatan, yaitu:
1. Instrumen dan perangkat kendali, berupa sensor atau aktuator yang langsung berhubungan dengan berbagai macam
alat pada sistem yang dikendalikan.
2. Remote Terminal Unit (RTU), sebuah unit yang dilengkapi dengan sistem mandiri seperti sebuah komputer, yang
ditempatkan pada lokasi dan tempat-tempat tertentu di lapangan. RTU bertindak sebagai pengumpul data lokal yang
mendapatkan datanya dari sensor-sensor dan mengirimkan perintah langsung ke peralatan di lapangan.
3. Sistem komunikas, merupakan medium yang menghubungkan unit master SCADA dengan RTU di lapangan.
4. Master station, merupakan komputer yang digunakan sebagai pengolah pusat dari sistem SCADA. Unit master ini
menyediakan HMI (Human Machine Iterface) bagi pengguna, dan secara otomatis mengatur sistem sesuai dengan
masukan-masukan (dari sensor) yang diterima.
Contoh Sistem SCADA 

Berkenalan dengan sistem SCADA


Berkenalan dengan sistem SCADA


Berkenalan dengan sistem SCADA


Berkenalan dengan sistem SCADA


Konfigurasi Output pada PLC | Wiring PLC

Seperti halnya dengan modul input pada PLC biasanya modul output pada PLC juga tidak terdapat power suply internal artinya modul output PLC membuatuhkan tegangan eksternal untuk bekerja.


Ada berbagai macam tipe dari output PLC ini:

1. Tipe Relay, ini yang paling umum sering digunakan, ini merupakan jenis output yang sangat flexible, karena dapat digunakan untuk output dengan jenis tegangan AC aatupun output dengan tegangan DC ( sesuai dengan tegangan eksternal yang kita gunakan), keuntungan lainnya output jenis ini lebih awet / output jenis ini akan aus setelah bekerja hamper sejuta siklus, satu kelemahan dari tipe output PLC jenis ini ialah memerlukan waktu untuk proses perubahan logika nya yaitu 10 ms.
2. Tipe Transistor, output jenis ini biasanya terbatas pada peralatan yang menggunakan level tegangan DC saja, untuk mengendalikan peralatan dengan tegangan DC pada jenis output ini maka tidak memerlukan tegangan eksternal, contoh PLC yang menggunakan output jenis ini yaitu PLC Wago.
3. Tipe Triacs, output jenis ini biasanya terbatas pada peralatan yang menggunakan level tegangan AC saja, untuk mengendalikan peralatan dengan tegangan AC pada jenis output ini maka tidak memerlukan tegangan eksternal.

Contoh bentuk wiring pada output PLC

Konfigurasi Output pada PLC | Wiring PLC


Dalam contoh ini, output 07 yang terhubung ke salah satu sisi lampu, dan sisi lampu lainnya terhubung ke supply positif dan negative supply terhubung ke COM pada PLC. Ketika output on maka arus dapat mengalir sehingga lampu akan hidup.. Output 03 untuk relay terhubung dengan cara yang sama seperti output 07, Ketika output 03 on maka relay akan aktif, arus akan mengalir melalui kumparan relay untuk menutup kontak dan
mengalirkan tegangan 120VAC ke motor.
Bentuk dari ladder diagramnya seperti gambar dibawahnya. 

Konfigurasi Input pada PLC | Wiring PLC

Sebelum melakukan pemrograman PLC, baik itu pada PLC OMRON dengan Syswin atau PLC Wago dengan CodeSys, ada satu hal penting yang harus dikuasai yaitu wiring PLC dalam hal ini konfigurasi Input pada PLC. Dalam PLC yang berukuran kecil biasanya input sudah terinclude dalam modul PLC, artinya dalam PLC tersebut sudah terdapat CPU, power supply, I/O, dll dan biasanya PLC seperti ini jumlah I/O nya tidak dapat ditambah lagi. Untuk
PLC yang berukuran lebih besar biasanya I?O nya terpisah, artinya CPU nya terpisah, modul I/O nya terpisah serta power supply nya jua terpisah, keuntungan PLC seperti ini kita dapat menambah jumlah I/O sesuai dengan kebutuhan.

Dalam pembahasan kali ini, wiring PLC yang akan dibahas lebih khusus pada tipe yan kedua. Daftar di bawah ini menunjukkan range tegangan untuk input yang paling umum dipakai:

-12-24 VDC
-100-120 Vac
-10-60 VDC
-12-24 Vac / dc
-5 VDC (TTL)
-200-240 Vac
-48 VDC
-24 Vac

Modul I/O umumnya tidak memiliki power supply internal artinya kita membuatuhkan power supply eksternal untuk mengaktifkan I/O tersebut.
Tegangan untuk input dan sensor. Contoh pada gambar dibawah ini menunjukkan bagaimana untuk menghubungkan masukan AC input

Konfigurasi Input pada PLC | Wiring PLC


Pada contoh pada gambar diatas ada dua masukan, satu adalah tombol push button NO, dan yang kedua adalah temperatur switch, atau relay termal. Kedua switch ini terhubung dengan tegangan phasa (kalau pada tegangan DC pada terminal positifnya) dan netral (kalau pada tegangan DC berarti terminal negatifnya) dihubungkan ke COM pada PLC.

Ini berarti ketika switch terbuka tidak ada tegangan yang diteruskan ke kartu input. Jika salah satu
switch ditutup maka pada switch yang tertutup itu akan diteuskan tegangan ke input dan akan terjadi perubahan logika pada input. Gambar dibawahnya adalah bentuk ladder diagram

Catatan: ketika menggunakan dua buah power supply maka maka terminal netral (jika power supply AC) atau terminal negative (jika menggunakan power supply DC) harus dihubungkan antara keduanya lalu dihubungkan ke COM (common) pada PLC.

LdMikro | Solusi Belajar Mikrokontroler dengan Ladder PLC atau Belajar PLC dengan Mikrokontroler

LdMikro, Program yang dikembangkan oleh Jonathan W dapat menjadi solusi baru bagi penggiat ataupun pembelajar di dunia kontrol ataupun otomasi, bisa dibilang terdapat dualisme positif mempelajari program ini, pertama dapat menjadi pengembangan dalam mepelajari mikrokontroler dengan metode program Ladder pada PLC atau juga dapat menjadi metode mempelajari PLC dengan Mikrokontroler (sebagai Hardware nya).

Program ini dapat di download disini.

Cara penggunaan program ini pun sama dengan memprogram Ladder diagram PLC, sama dengan CodeSys pada Wago, Syswin pada Omron, AB,dll. software ini juga dilengkapi dengan proses simulasi sehingga memudahkan kita untuk melakukan check error program yang telah kita buat. program yang telah dibuat dalam bentuk ladder dengan LdMikro ini ketika di compile juga menghasilkan file (*hex) yang nantinya kita gunakan untuk mendownloadkan ke mikrokontroler atau mensimulasikan dengan program tambahan semisal simulasidengan RealPicSimulator atau dengan Proteus.

 Gambar Screenshot Program LdMikro

Daftar Mikrokontroler yang telah Support untuk Program LdMikro

Porgram Ladder LdMikro ini bukan hanya dapat mengolah data digital (high and low logic) tetapi juga data analog karena sebagaimana kita ketahui mikrokontroler keluaran ATMEL atau Mikrochip (PIC) biasanya sudah memiliki ADC (analog to Digital Converter) Internal, ADC ini pun dapat diolah dengan program Ladder pada LdMikro ini, tentunya dapat megasah logika kita dalam memprogram dengan menggunakan Ladder Diagram, Sekian dulu tulisan saya kali ini, untuk contoh program nanti saya tulis di lain kesempatan..

Semoga Bermanfaat...


Baca Juga:

Belajar PLC | Membuat Program Monitoring Suhu

PLC adalah kontroler dengan tingkat pemroses data yang baik, salah satu keunggulan programable logic control (PLC) atas kontroler - kontroler lain sejenisnya PLC biasanya tersedia dalam bentuk modular, sehingga kita bagi pembelajar PLC dapat mencicil pembelian hardware PLC, dari CPU dulu, lalu modul I/O Digital dan juga I/O analog.

Saya ingin berbagi tentang penggunaan I/O Analog, untuk dasar teori singkat tentang Analog Scaling pada PLC dapat dibaca disini. Salah satu aplikasi sederhana yang dapat kita rangkai dan simulasikan (saya menggunakan program CodeSys Wago) adalah program monitoring Suhu.

Dan Berikut program Ladder nya.

 
 

Gambar Program Ladder Program Monitoring Suhu

Berikut Deklarasi variabel yang digunkan dalam program monitoring suhu diatas
VAR
    Start: BOOL;
    Stop: BOOL;
    On: BOOL;
    input_analog: SINT;
    Step1: WORD;
    Suhu: WORD;
    Lampu1: BOOL;
    nor1: BOOL;
    nor2: BOOL;
    lampu2: BOOL;
    Lampu3: BOOL;
END_VAR

Gambar Rangkaian Visulisasinya

Selamat Mencoba dan Semoga Bermanfaat...

Program Bel Kuis dengan CoDeSys

Untuk kesekian kalinya saya membuat postingan mengenai Bel Kuis, dua postingan sebelumya dibahas mengenai program bel kuis dengan Syswin PLC Omron dan rangkaian bel kuis dengan relay tanpa PLC, kali ini pun tidak jauh berbeda yaitu membuat program bel kuis dengan CoDeSys PLC WAGO.

Untuk penjelasan tentang prinsip kerja bel kuis silahkan baca dua postingan tentang bel kuis sebelumnya.

Berikut program ladder diagram nya:

 


Ini type - type variabel yang digunakan dalam program diatas:

    Tombol1: BOOL;
    Lampu2: BOOL;
    Lampu3: BOOL;
    Lampu1: BOOL;
    Tombol2: BOOL;
    Tombol3: BOOL;
    Buzzer: BOOL;
    tim1: TON;
    tim2: TON;
    tim3: TON;
    mem1: BOOL;
    mem2: BOOL;
    mem3: BOOL;
    t1: TOF;
    t2: TOF;
    t3: TOF;

Berikut hasil simulasinya

Untuk cara simulasi silahkan baca trik simulasi PLC WAGO dengan CoDeSys..

Semoga Bermanfaat...

Tips Visualisasi PLC WAGO dengan CoDeSys | Simulasi PLC

Salah satu keunggulan (menurut saya) dari Software CodeSys yang digunakan untuk memprogram WAGO adalah fitur visualisasi / simulasi yang dimiliki,. Sehingga mempermudah pengguna untuk belajar memprogram PLC.

Setelah membuat program baik dalam bentuk ladder diagram, function blok, dll, kita dapat melaukan simulasi.
Berikut cara melakukan visualisasi / simulasi PLC WAGO:

1. Anggap saja kita telah membuat program, misalnya

 
2. Buka Tab visualization

 
3. klik kanan dan add object.

 
4. tambahkan toolbox berikut
 

Button biasanya dapatdigunakan untuk input (yang bertype BOOLEAN) shape dapat digunakan untuk output (yang bertypr BOOLEAN)
5. pada button klik dua kali lalu ke tab input, pilih Tab Variable dan tekan F2, lalu muncul jendela

sesuaikan dengan data yang di tulis di program
6. pada shape klik dua kali lalu ke tab colors , untuk memilih warna ketika berlogika true atau false
 
lalu pilih Tab input, pilih change colors  dan tekan F2, lalu muncul jendela



Sesuaikan dengan alamat program

 kali pada menu editor pilih online >> simulation mode >> login >> run, selesai....

Semoga bermanfaat

Belajar Memprogram PLC WAGO dengan CoDeSys


Begitu banyak jenis Programable Logic Controller yang ada dan digunakan dalam dunia Industry, salah satunya adalah WAGO. Aplikasi / Software yang digunakan dalam merancang program pada PLC WAGO ini adalah CoDeSys. Salah hal menarik kenapa mempelajari CodeSys ini ialah disediakannya fitur simulasi yang memudahkan penegguna untuk dapat memvisualisakian program yang telah dibuat.

Berikut pengenalan singkat panduan untuk memprogram CoDeSys

  1. Normaly Open
 

Type data dari fungsi ini harus diisi dengan BOOL (Boolean) yang hanya mempunyai dua logika True atau false.

  1. Normaly Close 
      

Type data dari fungsi ini harus diisi dengan BOOL (Boolean) yang hanya mempunyai dua logika True atau false.

  1. Output
 

Type data dari fungsi ini harus diisi dengan BOOL (Boolean) yang hanya mempunyai dua logika True atau false.

  1. Timer
 

Ada 4 Jenis variable yang ada pada function ini, yaitu IN, PT, Q, ET. IN merupakan inputan dari tombol/variaabel yang ber type BOOL. PT merupak set point dari timer tersebut, format baku untuk pengisian PT t#5s. dimana angka 5 menunjukkan waktu 5 sekon, dapat diisi sesuai dengan kebutuhan. Q berupak output yang betype BOOl dan akan bernilai True jika ET = PT. ET dapat dikosongkan saja karena secara default bernilai nol. Untuk jenis Timer pada WAGO ada 3 macam TOF, TON dan TP.
  1. Counter
 

Ada 5 variabel yang ada pada function ini, yaitu CU, RES, PV, Q, CV. CU merupakan inputan untuk memulai mencacah yang mesti ber type BOOL. RESET untuk mengeset ulang perhitungan harus ber type BOOL. PV diisi dengan nilai sesuai kebutuhan berapa kali kita ingin men cacah. Q merupakan Output yang bertype BOOL. Dan CV merupakan Current Value yang dapat digunakan berapa nilai yang sudah tercacah sekarang.
  1. Box
Function box dapat dikatan sebagai function serba ada karena dapat kita gunakan untuk berbagai macam operasi dari arimatika, perbandingan, logika, dll untuk gambar diatas digunakan untuk operasi aritmatikan pembagian (MUL) dan biasanya digunakan untuk pengolahan data masukan yang bersifat Analog.

Masih banyak jenis function yang terdapat dalam CoDeSys ini, tapi enam diatas menurut saya adalah fumction – function fundamental dalam proses memprogram WAGO dengan CoDeSys.

Untuk contoh program dan cara visualisasi plus penulisan alamat input/output akan saya jelaskan dilain kesempatan.

Semoga bermanfaat.

Analog Scaling pada Programable Logic Control (PLC)

Analog Scaling merupakan salah satu keunggulan daari controller yang dapat dibilang paling populer saat ini didunia industri yaitu programable logic control (PLC). karena bukan hanya dapat menambil data dalam bentuk analog namun juga dapat mengeluarkan output dalam bentuk analog pula.
Analog Scaling pada Programable Logic Control (PLC) biasanya digunakan untuk aplikasi yang memerlukan ketelitian yang tinggi, seperti level ketinggian, suhu, berat, dll karena untuk aplikasi tersebut jika menggunakan modul digital hasilnya tidak akan baik karena seperti yang kita ketahui modul digital nilainya hanya high logic dan low logic artinya logika 1 dan logika 0. Tentu hal ini tidak bisa digunakan untuk pengukuran suhu karena skala dari suhu yang diukur biasanya antara 0 – 100 derajat.


untuk itu penguasaan Analog Scaling pada Programable Logic Control (PLC)harus sangat dikuasai (saat ini penulispun masih terus-terusan belajar(semoga mengerti)). secara umum modul analog pada PLC dapat bekerja dengan dua level,
1. arus dari 4 sampai 20 mili Ampere
2. Tegangan dari 0 sampai 10 Volt




konfigurasi hardware analog

Simulasi Program PLC dengan Software PLC Simulator

PLC simulator merupakan software yang bisa digunakan untuk mensimulasikan program Ladder yang telah kita buat. Dengan PLC simulator ini akan memudahkan kita sebagai seoraeng pemula dalam belajar pemprogram PLC bayangkan kalau kita harus merogoh kocek yang lumayan besar untuk membeli PLC dalam proses pengetesan apakah program yang kita buat sesuai dengan harapan atau tidak. Simulator ini bisa menjadi solusi untuk belajar PLC karena juga dilengkapi dengan input dan output yang cukup banyak yang kesemuanya bisa digunakan dalam simulasi dan juga proses pewaktuan dan counter-nya tebilang sesuai dengan real-nya.

Berikut langkah – langkah untuk mensimulasikan ladder diagram ke dalam PLC simulator ini.

  1. Buat program dengan menggunakan ladder diagram. kalau belum mengenal pemrograman PLC dengan ladder diagram, bisa baca artikelnya Mengenal ladder diagram






gambar ladder diagram dan statement editor

  1. Lalu lihat kode instruction List yang dihasilajkan dari ladder diagram yang telah kita buat.

Gambar yang dilingkari pada gambar ladder diagram dan statement editor

  1. Salin Intruction List ini ke dalam input kode pada PLC simulator.


  1. Hidupkan saklar On/Off untuk memulai dan mengakhiri simulasi.

Hasilnya akan tampak seperti gambar berikut:

Mudahkan… selamat berkreasi dengan berbagai program yang anda buat.

Salam santun.

Untuk Download Program PLC Simulator, Klik Disini

Kendali Pengisian dan Pengosongan Air



Keterangan:



1. Saat tombol START (PB1) ditekan, kran MV1 mulai membuka dan cairan mulai mengalir mengisi bak pengaduk. Pada saat yang bersamaan motor pengaduk (M) mulai dijalankan;

2. Jika air mencapai sensor TLB2 dan TLB1, maka kran MV1 ditutup dan motor pengaduk (M) dihentikan;

3. Selanjutnya, kran MV2 dibuka dan mulailah prose pengurasan cairan, jika cairan telah mencapai sensor TLB2, maka kran MV2 ditutup;

4. Jika proses 1 s/d 3 telah dilakukan sebanyak 4 (empat) kali, maka akan dinyalakan lampu indikator SELESAI dan proses tersebut tidak akan bisa dijalankan lagi walaupun ditekan tombol START (PB1).



Konfigurasi sistem:





Masukan

Alat

Keluaran

Alat

000.00

Tombol Start (PB1)

010.00

Kran isi (MV1)

000.01

Tombol Stop (PB2)

010.01

Kran kuras (MV2)

000.02

Tombol Reset (SE1)

010.02

Pengaduk (M)

000.05

Sensor atas (TLB1)

010.04

Indikator selesai

000.06

Sensor bawah (TLB2)

010.05

Buzzer



Diagram ladder:





Pengepakan Apel ke dalam Boks



Keterangan:



• Saat ditekan tombol START (PB1), maka dijalankan konveyor pembawa boks.

• Jika sensor boks (SE2) mendeteksi keberadaan boks maka konveyor pembawa boks akan dihentikan dan konveyor pembawa apel mulai dijalankan.

• Sensor apel (SE1) akan menghitung hingga 10 buah apel kemudian menghentikan konveyor pembawa apel (pencacah apel akan direset) dan proses dijalankan dari awal lagi demikian seterusnya hingga ditekan tombol STOP (PB2).



Konfigurasi sistem:





Masukan

Alat



Keluaran

Alat

000.00

Tombol Start (PB1)



010.00

Konveyor Apel

000.01

Tombol Stop (PB2)



010.01

Konveyor Boks

000.02

Sensor Apel (SE1)







000.03

Sensor Boks (SE2)











Diagram ladder:







Program Bel Kuis



Keterangan:

  1. Pertama pembawa acara memberikan pertanyaan kepada 3 (tiga) peserta kuis, setelah selesai memberikan pertanyaan, maka…
  2. Ke-tiga pemain berlomba-lomba untuk menekan tombol dalam rangka menjawab pertanyaan dari pembawa acara;
  3. Buzzer akan dibunyikan setelah ada salah seorang pemain berhasil menekan tombol untuk pertama kalinya;
  4. Indikator lampu pada pemain tersebut (yang berhasil menekan tombol untuk pertama kali) akan dinyalakan dan hanya bisa dimatikan oleh saklar utama.

Konfigurasi sistem:

Masukan

Alat

Keluaran

Alat

000.00

Tombol Pemain1 (PB1)

010.00

Buzzer

000.01

Tombol Pemain2 (PB2)

010.01

Lampu PEMAIN1

000.02

Tombol Pemain3 (PB3)

010.02

Lampu PEMAIN2

000.03

Tombol Reset (RST)

010.03

Lampu PEMAIN3



Diagram ladder: