Stuck In Reverse

When you try your best, but don't succes, when you get what you want but not what you need, stuck in reverse
(Coldplay - Fix you)

Terkadang sebuah pertanyaan besar sering muncul dalam kehidupan ini, proses ataukah hasil, mana yang lebih penting? Tentunya dalam kondisi ideal kedua hal tersebut sama pentingnya, seorang yang pada proses perjuangannya berusaha sebaik mungkin mendapatkan hasil yang juga yang terbaik. Namun terkadang, bahkan sering kali hasil dan proses tidak berjalan seiring jalan, mungkin dalam hal ini Pramoedya Ananta Toer benar ketika mengatakan: "Bahwa cerita tentang kesenangan selalu tak menarik, karena itu cerita tentang surga yang jelas tidak terjadi di dunia ini, di bumi ini"

Lalu kembali ke pertanyaan, manakah diantara proses atau hasil yang lebih penting, proses kah? atau hasilkah? Entahlah.


Tentunya setiap orang mempunyai standar usaha dan kemampuan masing - masing, pandangan masing - masing, sudut pandang masing - masing, yang tentunya berbeda antara yang satu dengan yang lain. Kita sering kali merasa bahwa kita sudah berusaha dan mengusahakan yang terbaik akan sesuatu, kita sudah mencoba yang terbaik dari yang kita punya, dalam bahasa coldplay yang dikutipkan diatas "when you try your best but you dont succes" namun mendapatkan hasil yang berlawanan atas usaha kita, stuck in reverse antara proses dan hasil yang didapat.

Sebagai contoh, orang tua yang berusaha sebaik mungkin untuk menjaga dan mendidik anaknya (dengan batasan - batasan yang ia punya sebagai manusia), namun ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan, lalu ketika kita bertanya pada si anak, si anak malah menjawab: ini karena kesalahan orang tua dalam hal mendidik. Lalu dari perumpamaan di atas siapa yang salah, orang tua atau anak? Tentunya keduanya tidak dapat disalahkan secara mutlak, keduanya juga tidak bisa dibenarkan. Karena kembali lagi pada standar usaha dan sudut pandang masing - masing orang yang memang berbeda.

Dalam sebuah kisah bijak tentang Lukman Al Hakim, dikisahkan:
"Suatu ketika Lukman Al Hakim dan anaknya berjalan dengan menuntun seekor keledai kecil dan ketika melewati suatu desa, penduduk desa itu berkata “lihat bapak dan anak itu, punya keledai tapi tidak dimanfaatkan”, mendengar perkataan penduduk tersebut, Lukman dan anaknya memutuskan untuk menaiki keledai ini tapi karena keledai ini kecil maka salah satu dari mereka ada yang naik dan ada yang berjalan, Pada awalnya, anaknya yang menaiki keledai dan Lukman berjalan, ketika melewati desa kedua, penduduk desa tersebut berkata lagi, “lihat anak yang tidak berbakti terhadap orang tua, tega betul membiarkan orang tuanya bersusah-susah berjalan dan ia dengan enaknya mengendarai keledai”, mendengar perkataan penduduk desa tersebut, Lukman dan anaknya memutuskan untuk bergantian, setibanya di desa selanjutnya, penduduk desa itu berkata lagi, “lihatlah bapak yang tidak tahu diri, membiarkan anaknya berjalan sedangkan ia menaiki keledai”, mendengar cibiran tersebut, mereka memutuskan untuk menaiki keledai kecil itu berdua dan setibanya didesa selanjutnya, mereka mendengar ejekan penduduk lagi, "lihatlah bapak dan anak yang tidak tahu diri, menaiki keledai kecil bersama-sama”…..

Dalam apa yang dilukiskan oleh Lukman Al Hakim, pada dasarnya manusia mempunyai sudut pandang yang memang berbeda dalam memandang suatu hal, apa yang kita anggap sebagai suatu kebaikan belum tentu dianggap sebagai suatu kebaikan oleh yang lain. Maka sikap paling bijak mungkin dengan bersikap lebih objektif dengan tidak pernah mengharapkan lebih terhadap manusia, ketika kita berusaha dengan sebaik - baiknya dan sehormat - hormatnya, biarlah Tuhan yang memproses hasil dari usaha yang telah kita lakukan.
Tak perlulah kita risau, gundah gulana terhadap hasil apapun yang kita terima, resah akan pendapat / penghargaan orang lain terhadap usaha apa yang telah kita lakukan.
Try your Best, Everything the result...

0 komentar:

Posting Komentar