Tampilkan postingan dengan label Puisi Muhammad Iqbal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi Muhammad Iqbal. Tampilkan semua postingan

Riwayat Sayyidina Ali

Ali seorang termasyhur
Didepan mata Sang pecinta Ali adalah gugusan iman
Bakti pada keluarganya mengilhami aku idup kekal
Hingga aku jadi mutiara kemilau
Bagai bunga nargis aku semata keindahan untuk dipandang
Bagai aroma wangi aku mengembara di tamannya
Dialah yang menumbuhkan anggur
Aku debu, tapi matahari membuat aku seperti kaca
Lagu mendendang dalam dadaku
dari wajah Ali
Muhammad melihat tanda-tanda baik
Oleh karena sifatnya yang luhur
Agama sejati ditegakkan
Perintahnya mengandung kekuatan Islami
Semua hormat padanya
Bu Tarab, demikianlah Muhammad memberi gelar padanya
Dalam al-Quran Allah menyebutnya "Tangan Allah"
Siapapun yang mengetahui rahasia kehidupan
Pasti mengetahui makna sejati nama-nama Ali
Lempung hitam yang dinamakan jasad
Penuh kegelapan dan dosa
Sebab itu
Angan kita yang melambung tinggi
Kembali membajak bumi;


(Sir Muhammad Iqbal)

Mempertimbangkan Plato

Plato yang rahib dan cendikiawan
Dialah yang seorang dari kupulan kambing zaman purba
Kuda Pegasus yang ditungganginya tersesat di kegelapan filsafat
Dan daki menggunung tinggi
Terpana takjub dirinya oleh idealisme
Sehingga pancaindera tak diperhitungkan
“Matilah!” katanya, rahasia kehidupan:
Pelita jadi benderang bila dipadamkan apinya
Dia kuasai pikiran kita
Anggurnya membuat kita tidur
Dan dia renggut dunia milik kita
Dia adalah kambing berwujud manusia
Jiwa sang sufi tunduk kepadanya
Membumbung dia sampai ke langit sebab kekuatan pikirnya
Dilukisnya dunia seumpama jelmaan dongeng
Kerjanya adalah meporakporandakan tata kehidupan
Da mematah-belah dahan kehidupan yang harmonis
Pikiran Plato mengajarkan kerugian sebagai laba
Filsafatnya mengajarkan sang wujud adalah kenihilan
Fitrahnya trtidur dan menciptaakan mimpi
Mata idenya merealisasikan bayangan
Itu hanya karena dia tak terlibat dalam amal pebuatan
Ruhnya pesona bagi kenihilan
Dia tak percaya pada alam kebendaan
Laku dirinya jadi pencipta gagasan ide
Padahal dunia nyata ini amat indah
Bagi ruh kehidupan sejati
Bernilai luhur bagi mereka yang mati jiwanya:
Yang kijangnya tak bergerak luwes
Yang burung meraknya tak lagi melangkah dengan gaya nan elok
Yang titik embunnya tak kuasa bergetar
Yang unggasnya sudah tak bernyawa
Yang benihnya pun mandul
Yang kunang-kunang tak bercahaya
Demikianlah filsuf kita itu
Yang bingung hendak kemana
Sebab dia tak sanggup menjadi penghunu dunia seperti kita
Dia terangi hatinya dengan nyala api yang hamper padam
Dan dilukisnya dunia ini dengan candu memabukkan
Dan dia tak kunjung pulang ke sarangnya lagi
Khayalnya sirna dalam kendi angkasa
Aku tak tahu apakah itu alas kendi ataukah batu semata
Karena bangsa-bangsa terlena oleh mabuk kepayang filsafatnya dia ngantuk dan tak sedikit tertarik akan amal perbuatan


(Sir muhammad Iqbal)

Prolog

Bangun dan bangkitlah!
Robohkan pondasi istana kaum kaya
Didihkan darah kaum tertindas dengan api iman
Ajarlah burung gereja biar berani melawan elang
Saat rakyat berdaulat sudah dekat
Hapuskan sisa-sisa hokum dan kebiasaan masa lalu
Buanglah bulir gandum di tegalan
Yang gagal memberi kehidupan kaum tani
Kemudian arahkan pedang kepada para pendeta
Dan singkirkan mereka dari kereja
Sebab mereka berdiri bagaikan tirai besi yang memisahkan
Tuhan dan manusia
Padamkan lampu disemua kelenteng dan masjid
Karena mereka mencoba menipu Tuhan dan berhala-berhala
Dengan sujud dan bicara tanpa makna
Aku muak dengan kemegahan palsu kelenteng pualam
Bangunkan daku kelenteng dari Tanah
(Sir Muhammad Iqbal)

Puisi (Cahaya Bulan)


akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yg biasa
pada suatu ketika yg telah lama kita ketahui
apakah kau masih sambut dahulu memintaku minum susu
sambil membenarkan letak leher kemejaku

kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih
lembah bandalawangi
kau dan aku tegak berdiri melihat hutan" yg menjadi suram
meresapi belaian angin yg menjadi dingin

apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika kudepak, kau dekaplah lebih mesra
lebih dekat

apakau kau masih akan berkata
kudengar dekap jantungmu
kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta 
sumber:http://liriklaguindonesia.net