Tampilkan postingan dengan label Review. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Review. Tampilkan semua postingan

Journey: Menelusuri Jejak Peradaban Islam di Eropa | 99 Cahaya di Langit Eropa


Membaca sejarah tidak melulu berarti mempelajari manuskrip – manuskrip lama berisi penjelasan dan komentar para sejarahwan di perpustakaan, atau membaca biografi – biografi tokoh dunia dan kehidupannya, terkadang sejarah dapat kita telusuri secara komprehensif dengan hanya melihat warisan – warisan sejarah itu sendiri yang dapat berupa lukisan, bangunan atau kebudayaan yang ditinggalkannya.

Dan seperti itu juga yang bisa saya temukan pada novel: 99 Cahaya di Langit Eropa, perjalanan Menapak jejak Islam di Eropa, karya Hanum Salsabiela Rais dan suaminya, Rangga Almahendra, saya seolah dibawa oleh alur tulisan sang penulis, untuk mengenal Eropa dalam romantisme sejarahnya, dibawa untuk melihat pasang surut peradaban Islam di Eropa,  dibawa menelusuri jejak – jejak petualangan Ibnu Batutah, kedalaman analisa Ibnu Kholdun serta jejak ilmu Ibnu Rusyd, dan masa – masa ketika Cordova menjadi mercusuar ilmu pengetahuan, sumber peradaban.

Pengalaman penulis sebagai jurnalis semakin memperkuat kisah yang ingin disampaikannya, kehidupan di Wina, perjalanan di Paris, Wisata di Al Hambra serta kunjungan di Istambul. Saya dibuat seolah merasakan sensasi perjalanan tersebut dengan membaca novel sejarah ini, ya.. Novel yang menceritakan sejarah atau juga Sejarah yang di kemas dalam alur novel, Absolutely Great!

Perjalanan menapak jejak islam di Eropa ini membuka perspektif baru bagi saya, seorang muslim untuk memahami realitas sejarah, islam memang pernah menginspirasi Eropa, namun pada kenyataan sekarang bahwa umat islam dari segi teknologi dan ilmu pengetahuan harus belajar dari Eropa juga sebuah keniscayaan. Mengutip salah satu  quote dari buku ini “yang paling penting dalam mempelajari sejarah adalah bukan hanya kemampuan menjabarkan siapa yang menang dan siapa yang kalah, melainkan mengadaptasi semangat untuk terus menatap ke depan, mengambil sikap bijak darinya dalam mengahdapi permasalahan – permasalahan dunia”

Dan hal yang unik adalah cara penulis menceritakan setiap peninggalan sejarah Islam dengan perspektif baru, misalnya perjalanan di Museum kota Wina yang menonjolkan seorang muslimah taat asal Turki, Fatma. Yang ingin menebus “dosa sejarah” dari kakek buyutnya Kara Mustafa yang pernah mengekspansi kota Wina dengan menjadi Duta Muslim yang Baik”. Atau, dalam perjalanan ke Paris, ada Marion, Sejarahwan Mualaff yang justru melihat pengaruh seni dan kebudayaan islam ketika menjelaskan peninggalan - peninggalan di Museum Louvre Paris kepada Hanum.

Lain di Wina dan di Paris, lain pula di Spanyol dan Turki, di Spanyol Hanum justru megenal jejak – jejak Islam melalui Sergio, Seorang Agnostic pribumi yang membuat perjalanan di Mezquita atau masjid Katedral menjadi semakin menarik dan di tutup dengan perjalanan di Istambul, Turki. Deskripsi ala jurnalis oleh penulis membuat  saya seolah melihat dengan jelas kegagahan Hagia Sophia, Gereja terbesar pada zamannya, yang pernah disulap menjadi Masjid Megah tanpa merubah ornament gereja didalamnya,  yang kini menjadi Museum Kota.

99 Cahaya di Langit Eropa,Journey: Menelusuri Jejak Peradaban Islam di Eropa             Eropa bukan sekedar Eiffel atau Colosseum, bukan sekedar Tembok Berlin, Eropa adalah sejuta misteri tentang sebuah peradaban yang sangat luhur, Peradaban Cahaya yang sinarnya pernah menerangi dan mencerahkan dunia.

99 Cahaya di Langit Eropa By Hanum Salsabiela Rais, Recommended!






Tags: Review  99 Cahaya di Langit Eropa, Catatan 99 Cahaya di Langit Eropa, Novel Islami , Novel Sejarah

A Few Note For 9 Summers 10 Autums

A Few Note For 9 Summers 10 Autums


 Masyarakat dunia, khususnya Indonesia, sedang mengolah kekayaan alam, kreativitas pengetahuan dan invensi serta inovasi teknologi menjadi sampah kebudayaan, kekonyolan mental, kehinaan moral dan kekerdilan kemanusiaan. Fuadi menampilkan sebaliknya: dengan bukunya ini ia mengolah sampah-sampah masa silam kehidupannya menjadi emas permata masa depan. Apa itu gerangan? Bagi siapa pun yang mengerti emas permata nilai-nilai kehidupan, mereka tidak memerlukan saya menjelaskannya. Dan bagi yang tidak pernah belajar mengerti, sia-sia saya menjelaskannya.
                                        (Emha Ainun Nadjib)

      Menurut saya komentar Cak nun mengenai Novel Negeri 5 Menara karya Ahmad fuadi relevan dengan 9 Summers 10 Autums karya iwan Setyawan, karma keduanya bercerita tentang kekuatan keinginan, kekuatan impian.

      Apa yang anda pikirkan ketika mendengar kata “impian”? masih kah anda mengingat tentang impian atau cita – cita anda? Dan sudah seberapa jauh anda berusaha untuk mewujudkan impian itu? Ataukah anda sudah menyerah dan cukup puas untuk tidak lagi memikirkan impian – impian luar biasa yang pernah anda azzamkan dalam jiwa.

      Namun bagi iwan Setyawan, mimpi-mimpi itu harus dipejuangkan!,  melalui novelnya “9 Summers 10 Autums”, ia mengajarkan bahwa impian dan cita – cita adalah hal yang harus diperjuangkan. Dengan segala keterbatasannya, ayahnya hanya seorang sopir angkot yang harus menghidupi kelima anaknya, tidak mudah bagi Iwan untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Namun usaha dan kerja keraslah yang mengantarkannya untuk terbang tinggi menuju menara impiannya, ia yang seorang anak sopir angkot dari kota apel berhasil menjadi salah satu direktur perusahaan terkemuka di The Big Apple , New York.

       Novel ini pertama kali rilis pada bulan februari 2011, dan saya mendapatkan novel ini satu tahun setelahya, pada cetakan ke delapan. Tentunya sudah banyak yang membuat review tentang novel ini, namun komentar singkat diatas  tidak bermaksud untuk memberikan review ulang tentang novel ini karena bukan kapasitas saya untuk mengomentari sebuah karya sastra, namun hanya ingin menuliskan semangat – semangat positif mengapa kita harus tetap selalu memperjuangkan impian –impian kita, sesuai dengan semangat optimistis dari novel ini.

      Novel ini tidak bercerita tentang mimpi, tetapi tentang keberanian untuk menembus batas ketakutan. Kisah luar biasa yang diceritakan dengan lugas dan sederhana (E.S Ito, penulis novel Negara kelima dan rahasia Meede)


Ya , kita harus memperjuangkan mimpi – mimpi kita, karena kalau bukan kita yang membela impian kita, lalu siapa lagi yang akan membelanya!.

A Few Note For 9 Summers 10 Autums



Segar dan Inspiratif!

Philips Led | Hemat Energi dan Ramah Lingkungan

Selain BlogWalking ke blog temen – temen blogger lainnya, sesekali juga saya walking ke pusat perbelanjaan (baca: Mall), ya baik itu beli baju,buku atau sekedar ngumpul bareng temen – temen. Kalau saya perhatikan ada yang berbeda dengan sistem pencahayaan di Mall ini ternyata semua lampu penerangannya yang seabrek gak membuat mata perih, ternyata mall ini sudah memakai Lampu berbasiskan LED (Light Emiting Diode) tepatnya keluaran Philips LED.

Sepulang kerumah, naluri sebagai mahasiswa Elektro memaksa saya untuk mencari tau apa sih teknologi lampu berbasiskan LED yang mulai dipopulerkan oleh Philips ini ternyata sesuai namanya LED (Light emiting Diode) merupakan pengembangan dari teknologi semikonduktor, semikonduktor merupakan bahan setengah konduktor dan setengah isolator (dalam bahasa elektro/listrik) yah tentu saja teknologi semikonduktor ini merupakan teknologi yang terus menerus mengalami pengembangan, dan salah satunya Philips LED ini sebagai produk dari penegmbangan teknologi terkini itu. ( Selain lampu, teknologi LED juga mulai diaplikasikan dalam LCD (Liquid Crystal Display) karena lebih hemat energi).

Philips LED ini selain menerapkan teknologi terkini juga mempunyai banyak keunggulan dibanding lampu Bohlam CFL biasa, dengan berbagai macam kegunaan baik sebagai solusi hemat energi, ramah lingkungan, ramah mata, dan berbagai keunggulan lainnya tidak salah kalau sekarang Lampu LED mulai berangsur menggeser penggunaan lampu Bohlam CFL biasa.

Keunggulan pertama, dengan bahan semikonduktornya ia tidak memasok energi yang begitu besar dibanding dengan Bohlam biasa, untuk masalah kualitas pencahayaan pun begitu, Daya 9 Watt lampu LED ini hampir sebanding dengan daya 60 Watt lampu Bohlam CFL biasa (sumber:Phillips), tentu saja hal ini akan menghemat iuran listrik rumah kita ( sekedar info tarif dasar listrik awal tahun 2011 telah mengalami mengalami kenaikan dan diperkirakan akan naik kembali).
 
 Gambar 1. Philps LED ukuran Bohlam

Keunggulan berikutnya dari Lampu LED ini dibandingkan dengan lampu bohlam biasa terletak dari rendahnya radiasi, radiasi ini dapat timbul jika posisi kita terhadap lampu begitu dekat, terkadang pelajar ataupun mahasiswa seperti saya ini mengerjakan tugas hingga larut malam dan membutuhkan pencahayaan ekstra, dulu saya sering mendekatkan lampu (sebagai sumber utama cahaya) dan hasilnya mata menjadi perih, tapi dengan teknologi LED yang ditawarkan Philips ini masalah ini dapat teratasi karena rendahnya radiasi yang ditimbulkan ( karena berbahan semikonduktor)



Gambar 2. Philips LED

Dengan berbagai keunggulan yang telah terurai diatas nampaknya gak ada alasan lagi untuk tidak menggunakan lampu LED ini karena ditinjau dari sisi apapun, dari sisi ekonomi akan menghemat listrik sampai 80 % yang otomatis menghemat iuran lsitrik, dari sisi lingkungan akan mengurangi radiasi yang ditimbulkan lampu Bohlam CFL biasa, dari sisi kesehatan, cahaya dari lampu LED ini tidak menimbulkan keperihan mata.

Buruan bagi temen – temen yang ingin membantu program hemat listrik dari pemerintah, membantu menghemat biaya iuran listrik orang tua, atau ikut mensukseskan program green technology dari aktivis pencinta lingkungan, Gunakan Philips Led sebagai solusi untuk penghematan. Dengan Philips led mungkin kita bisa merubah sedikit slogan PLN “Kunang – kunang aja matiin lampu waktu siang hari:” menjadi “Dengan Philips LED, Kunang – kunang hidup terus siang malam”

Sekian, semoga bermanfaat