KH.Ahmad Dahlan: Agar Biola Kita Tak Sumbang


"Maaf pak kyai, Agama itu apa sih?" tanya salah seorang murid  K.H Ahmad Dahlan lalu sang kyai tidak langsung menjawab tapi malah mengambil biola dan memainkan sebuah simphony dengan begitu piawai, mendayu dan syahdu. Murid-murid khusyuk mendengarkannya, merasa tenteram, damai. Mereka tak ingin sang kiai berhenti memainkannya. ”Itulah agama,” kata Dahlan usai memainkan alat musik yang diperolehnya dari seseorang di kapal dalam perjalanan pulangnya dari Mekkah. Kini dia ganti meminta salah seorang muridnya memainkan biola itu.


Sang murid ragu-ragu karena tak pernah menyentuh benda itu, apalagi memainkannya. Tapi karena Dahlan mendesaknya, dia berusaha memainkannya juga. Tak ayal, bukan suara merdu yang keluar, tapi gesekan tak teratur,sumbang, dan memekakkan telinga. ”Itu juga agama,”kata Kiai Dahlan setelah sang murid menghentikan aksinya karena tak tahan ditertawakan teman-temannya.

Sebuah analogi sederhana yang dipakai oleh KH.Ahmad Dahlan dalam usahanya menjelaskan hakikat sebuah agama pada murid-muridnya, agama itu menentramkan, menyejukkan, mengayomi bagi mereka yang dapat memahaminya secara benar, tapi ketika tidak dipahami secara benar maka ia akan terasa hambar, memekakkan bahkan dapat meresahkan.

Dewasa ini, kita saksikan agama dimainkan secara sumbang oleh banyak orang-orang di sekitar kita, tingkat kesumbangannya pun beragam dari yang merusak pemandangan, memekakkan telinga, melukai akal sehat, namun sesekali agama dimainkan secara syahdu, mungkin kita butuh Dahlan baru yang mampu mengembalikan Islam sebagai mestinya seperti ketika ia disampaikan oleh nabi Muhammad SAW.

Tokoh tokoh agama yang kita saksikan akhir-akhir ini adalah tokoh tokoh yang dihadapi KH Ahmad Dahlan satu abad silam, yakni tokoh tokoh yang antibiola, anti-Barat, antiasing, dan anti pemikiran pemikiran baru yang mencerahkan. Hanya sedikit dari mereka yang memerankan Kiai Dahlan dan berusaha meneruskan semangat perjuangan kiai pembaru itu.



Para pembaru Muslim, sejak Imam Syafi’i hingga Syafii Maarif (penerus cita-cita KH Ahmad Dahlan yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Muhammadiyah), menyadari betul bahwa dunia berubah terus Di sinilah diperlukan ijtihad, keberanian berpikir, untuk mengatasi kebuntuan dan segala macam solusi problema dengan kembali berdialog dengan Al Quran dan Al hadist. Sejak dulu para pembaru muslim menyadari betul bahwa pembaruan agama memang bukan persoalan mudah. Selalu ada tantangan dari masyarakat yang sudah merasa nyaman dengan pikiran-pikiran lama, yang sesungguhnya tidak lagi cocok dengan situasi zaman yang baru.

Kini kita memerlukan pembaru abad ini yang akan meneruskan cita-cita dan semangat KH Ahmad Dahlan. Kita memerlukan para pembaru dan tokoh-tokoh agama yang bisa memainkan ”biola” secara merdu, syahdu, dan menenteramkan. Sudah terlalu banyak pemain ”biola” yang membuat kita sakit telinga karena atraksinya yang buruk dan mengecewakan. Kita harus membuka diri,memberikan ruang buat pembaruan agama, agar ”biola” kita tak lagi terdengar sumbang .

wamaa arsalnaaka illa rahmattan lil a'lamin, "Tidaklah kami mengutus kamu, kecuali menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta"

0 komentar:

Posting Komentar